Google Yahoo Msn

Media Sosial Hubungkan Pemuda dan Politisi di Dunia Arab

Written By Unknown on Minggu, 16 Juni 2013 | Minggu, Juni 16, 2013

Beirut - Pada Desember lalu, Online Collaborative Club, American University of Beirut, menyelenggarakan acara Blogging Lebanon, sebuah konferensi yang dihadiri lebih dari 150 bloger, aktivis dunia maya, jurnalis, mahasiswa, profesor dan orang-orang yang tertarik pada media sosial dari Lebanon dan negara Arab lainnya. Acara ini memperlihatkan pentingnya media sosial di dunia Arab sekarang, serta diperlukannya jenis media tersebut demi adanya perubahan positif.

Di dunia Arab, diplomat dan politisi telah mulai menggunakan perangkat media sosial untuk mempererat hubungan mereka dengan masyarakat. Di antaranya adalah Raja Dubai Muhammad bin Rashid, Ratu Yordania Rania al-Abdullah, dan istri Amir Qatar, Sheikha Mozah bint Nasser al-Missned. Para tokoh ini mempunyai akun pribadi di Facebook dan Twitter. Hal ini memperlihatkan sejauh mana media sosial telah berkembang. Kini, bahkan para diplomat dan politisi mendiskusikan berbagai masalah masyarakat secara daring. Tapi tidak semua orang menganggap hal ini sebagai hal yang mudah.

Berbicara dalam acara itu, Duta Besar Inggris di Beirut, Frances Guy, mengungkap kesulitan para diplomat kala menulis di blog. Ia sendiri menghadapi kesulitan itu saat menulis mengenai kematian pemimpin spiritual Syiah, Muhammad Hussein Fadlallah serta memuji beliau. Pada akhirnya, karena posting itu menimbulkan kontroversi luas, ia harus meminta maaf di tulisan blog lain jikalau “pujian” itu menyinggung perasaan orang.

Para politisi Lebanon telah memanfaatkan media sosial ini untuk mendorong debat dan perbincangan di Facebook dan blog-blog pribadi, dan untuk menanggapi langsung pertanyaan-pertanyaan – khususnya dari para pemuda – tentang berbagai masalah sosial dan politik. Anggota parlemen Lebanon, Nouhad Machnouk, misalkan, mengadakan diskusi mingguan secara langsung dengan para pemuda di Facebook, dan telah memiliki lebih dari 3.000 pengikut di situs ini.

Munculnya media sosial — dan penggunaannya oleh para politisi — boleh jadi didukung fakta bahwa media arus utama di dunia Arab telah kehilangan sebagian kredibilitasnya. Lembaga-lembaga media ini biasanya dikelola oleh partai politik, dan berita umumnya diwartakan dan ditafsirkan sesuai kepentingan partai. Hal ini terutama terjadi di Lebanon.

Mungkin karena inilah, para pemuda mulai menggunakan internet dan perangkat daring sebagai salah satu sumber berita dan informasi. Para politisi pun lalu mulai muncul secara daring agar terhubung dengan para pemuda dan menjalin kontak langsung dengan mereka. Dengan demikian, media sosial sebenarnya tengah membentuk ulang tata cara para politisi untuk berhubungan dengan konstituen mereka.

Selain menjadi ruang bertemu bagi para pejabat dan konstituen mereka, blog juga menjadi ajang bagi kreativitas cerdas yang bisa membentuk kembali norma-norma sosial.

Ini tampak dalam Shankaboot, sebuah mini-seri daring yang membahas isu-isu sosial di Timur Tengah, yang terutama berfokus pada isu-isu yang dihadapi warga Beirut, yang tidak disinggung di drama televisi Lebanon pada umumnya. Shankaboot adalah yang pertama di dunia Arab.
Serial ini menyoroti isu-isu yang dihadapi orang-orang miskin dan terpinggirkan, yang jarang digambarkan di media. Secara khusus, Shankaboot mencerminkan tantangan-tantangan yang dihadapi para pemuda seperti obat-obatan, kekerasan domestik dan pengangguran. Serial ini menggambarkan kehidupan sehari-hari di Beirut dan petualangan Suleiman, si tokoh utama, seorang kurir muda yang menyusuri kota ini dengan sepeda motornya.

Dalam acara Blogging Lebanon, Arek Dakessian, Manajer Konten dan Komunitas Daring Shankaboot, dan Toni Oyry, Manajer Proyek mini-seri ini, berbicara tentang penggunaan perangkat media sosial yang mereka gunakan untuk menjangkau publik umum. Shankaboot telah menjangkau lebih dari setengah juta orang, termasuk 337.000 pengunjung situs utama mereka (shankaboot.com), 291.000 penonton di YouTube, 18.500 teman Facebook, dan 1.163 pengikut Twitter.

Kesimpulan paling penting dari konferensi ini adalah bahwa tak seorang pun kebal dari media sosial. Para aktivis di Lebanon dan dunia Arab menggunakannya untuk memprotes pelanggaran HAM atau mendukung suatu gerakan. Para pejabat pemerintah menggunakannya untuk berkomunikasi dan mendapat umpan balik dari konstituen mereka. “Aktivis dunia maya” juga menggunakannya untuk membela para bloger, jurnalis, dan aktivis yang ditangkap lantaran mengekspresikan pendapat mereka, seperti bloger Bahrain Ali Abdel Imam, yang ditahan karena dituduh “menyebarkan informasi keliru”.

Pada 2010, baik kasus penangkapan serupa terhadap aktivis maupun penggunaan media sosial untuk mempertahankan diri banyak terjadi. Hal ini mendudukkan tahun 2010 sebagai tahun pembelaan kebebasan publik untuk menggunakan media sosial di dunia Arab. Acara yang diadakan di akhir 2010 ini tidak saja menjadi bukti arti penting media sosial, tapi juga bukti cepatnya perkembangan media sosial di dunia Arab.

###
oleh Hani Naim
Hani Naim ialah seorang jurnalis, bloger, dan aktivis LSM. Ia ikut serta dalam banyak kampanye warga untuk mempertahankan HAM dan kebebasan masyarakat di Beirut. Artikel ini ditulis untuk Kantor Berita Common Ground (CGNews).

Sumber: Kantor Berita Common Ground (CGNews), 28 Januari 2011, www.commongroundnews.org
Telah memperoleh izin publikasi.
Sumber: http://www.commongroundnews.org/article.php?id=29191&lan=ba&sp=0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *